Sahabat. Sepenggal tata surya kompleksitas dan umpama serangkum jiwa tetumbuhan.
Biar tumbuh, mekar, berkembang, dan berbuah.
Sampai akhirnya berulat, busuk, dan mati. Rata.
Dan biarkan menggelembung urat-urat di bumi, menggunung, dan letupkan benih-benih yang pulas tertidur di ayoman ibunda. Karena suatu saat nanti ia akan menyulurkan sungut-sungut dari jemarinya, membelah lahar kesunyian yang makin mendinginkan tengkuk. Menghirup segala zat hidup yang memberinya damai.
Dan biarkan terus hidup. Menggapai permukaan bumi dan angkasa-angkasa. Menyeruak dari gelap tanah dan tajam kerikil-kerikil. Hembuskan kesegaran di atasnya. Biarkan tumbuh, mekar, berkembang, dan berbuah.
Lagi.
Seumpama sahabat-sahabat; Yang terus hadirkan mekar dan segar di setiap percik udara yang terhirup di pinggir sungai beriak ini. Seumpama sahabat-sahabat. Yang tiada pernah lelah meniadakan ketiadaan, dan menyederhanakan segala rumusan dunia senantiasa terngiang di pojok marjinal setiap kesejatian. Dan dengar semilir pohon bijak itu tentang sahabat;
Jangan harapkan sahabat terbaik untuk hidupmu, tapi jadikan dirimu sebagai yang terbaik bagi semua sahabat sejatimu.
Bandung 2001