Jumat, Januari 20, 2006

pandir.

di tengah kebinasaanku yang menggelitik
tarik ulur senyum kulayangkan masih
laksana hipokrit mesum tertatih
menertawakan kesendiriannya
di padang badai

mungkin itulah gemuruh
mendamba semaktub oase
di sengatan hujan rinduan
laksana capitan kala
di ujung-ujung pakaian
menarik paksa tutup sgala luka busuk

nista

matikah aku??
dimana sang nada tak lagi bernyanyi
dimana sang penyair hilang lidah dan penanya

;dimanakah aku??

di tengah kebinasaanku yang menghinakan
senyap terdengar panggilan; SUCIKAN!

selakon pandir lapar,
roti di genggaman

;bahkan Tuhan memaafkan setiap yang berdetak.


Bandung 2002