Jumat, Januari 20, 2006

mbok jamu.

kuatkah aku?

Tapaki jalan badai penuh duri berdesing lewati telinga ulu hati bergoyang hebat guncang guncang badanku badanmu berton-ton hasrat keinginan sudahi dan pamerkan ke seluruh dunia bermil-mil jauhnya tidak tampak pelupuk mataku gajah sipit dengan pundak luka berdarah berpeluh terbakar berton-ton lauk pauk dan juice serta yoghurt kesukaanmu terhidang nikmat tapi terikat erat perlahan bersama lepas tidak kuat ingin maju ingin maju menggapai lagi nambah lagi masih lapar karena semua terasa belum terpuaskan

;Jika saja beban pundakku seringan beban mbok penjual jamu yang lewat itu …


Bandung 2003