Rabu, Desember 17, 2008

Pffft !

Pffffffft!

gadis kecil menjulurkan lidahnya
untuk perjaka yang bergelung di awan
menghalangi layang layang katanya
tak bisakah minggir sejenak?
mengganggu mainku saja


280909

Sabtu, Desember 13, 2008

Bunga Rumput Liar

Wah.

Entah mengapa aku selalu merasa balita
Tapi selalu punya waktu berlebih untuk ikut berpujangga
Atau serta merta menjadi dewasa
Dan terdorong berkata-kata

Hanya karena serangkai nama liar seorang teman.

Ah,

Kawanku Syam agaknya jauh lebih dari beruntung
Mempunyai dua kebun riang yang bertebar tawa siang malam
Satu di Ci-apalah itu dan keduanya di bunga rumput liar bergulung
Menyelimuti dengan kasih jadikan pria paling beruntung

Semua karena bertangkai bunga yang merumputi hidupnya.

Yah.
Buatku mungkin tinggal mengais akar
Ingatan akan hadirnya kawan berbunga
Yang sekali dua memberiku keajaiban
Berkenalan dengan taman bermainnya
Bersahut-sahutan dengan senyawanya
Berkesempatan mengenal nama liarnya

Seperti tak lekang habis bersapa, karena ada senyawamu Syam di ujung sana

(Selamat Jalan Ria-BuRuLi, kebanggaanku melangit berkesempatan mengenal dua senyawa Ria dan Syam. Yang satu sebagai kebun tempat bermain. Yang lain adalah tukang kebun yang selalu bercerita tentang kesibukannya memegang selang menyirami buah tangan di atas bukit.)



Duren Sawit, 131208

Kamis, Desember 11, 2008

Kara

Kara.

Entah kapan kau lahir ke dunia
Yang sumuk hiruk pikuk dengan muka tertekuk
Tapi bayi mana yang tak menangis bertemu cahaya
Meninggalkan sapihan ibu yang menghangat raga


Kara,

Hanya karena itukah kau disebut sebatang?
Tak tahu apa artinya, dulu mungkin pernah sua
Walau kau termenung kau terlihat menghilang
Mungkin menunggu sampai terasa matang


Kara!

Hendak apa kau bergantung di kepala?
Tanganmu belum cukup kuat untuk menakut-nakutiku
Mengancam untuk menjatuhi dengan deras
Mengancam mencakariku dengan gores
Mengancam untuk menyayat jantung dengan iris
Sampai berhasil bersatu dengan alpaku tak terputus arus

Dan makin aku tirus,
Mungkin karena tertimpa batang besarmu yang bergantung sejak malam tadi



Duren Sawit, 121108

Lara

Lara,

Semisal ia adalah nama seorang jelita, pastilah ia tergelak
Dengar bisik menggelitik ataupun umbar tawa yang raya

Pastilah ia tergelak, melihat pantulan terbalik cermin bersepuh perak
Ada senyum, melambai tak jauh dari sini, menertawakan pemilik wajah di seberangnya



Lara,

Semisal ia adalah nama seorang biduan, pastilah ia kilauan
Lihat kerlingan yang menatap ataupun belukar berlian di sudut mata

Pastilah ia kilauan, mendengar nyanyian gembira tentang hidup yang merona
Ada gempita, kumandangkan merdu, mengejek pemilik telinga di seberangnya



Lara Oh Lara,

Hentikan omong kosong tetabuhan bebunyian tentang sekarung madu
Lihat dirimu penuh luka keriput menahun nan sukar bedakan suka nestapa

Basmilah dengan basmalah, hapus sedu sedan yang melarut dalam diam
Ada gempita, berbukit senyum, merdu merayu bila kau pecahkan cermin perak yang berderak
Basmilah dengan basmalah, temukan jelita dalam buruk rupa dunia


Duren Sawit, 111208

Bara!

Bara!

Berhimpun berdesakan ingin tahu seperti apa sang rupawan
Daun ranting bahkan eskalator bergerak melambat
Untuknya,
Untukmu,
Sehingga hujan pun terhenyak seperti tirai beku mengudara

Maka sergaplah rasa ingin tahu sebentuk berlian berliku
Ampun, sampai terlupa waktu bertemu sang Empunya waktu
Untukmu,
Bukan Dia,
Sehingga restu mungkin belum mau mampir sekedar bertamu

Bara!

Hingga kemunculanmu dan berjuta senyum yang nyatanya
Membubung beterbangan untuk meramaikan ladang rindu ramai
Untuknya,
Bukan aku,
Sampai kembali berjatuhan membakar melubangi lumbung sunyi dingin dan kelu

Bara!

Tinggal aku dan telapak melepuh
Tak mampu membeban rimbun beribu peluh


Duren Sawit, 111208

Kamis, Desember 04, 2008

Lenyap

Dimana wajahmu kau hadap?
Putih terjejal bedak dan kilap
Ketika kelu kata terucap
Yang terhampar hanya silap

Dimana hatimu kau benam?
Hitam tersengal kalut dan rajam
Ketika keluh rasa terpendam
Yang terpapar hanya dendam

Hadap mengkilap ucapkan silap
Hingga benam rajam pendam dendam
Ketika lenyap langkah i'tikaf
Dimana imanmu mualaf?


Duren Sawit, 041208

Selasa, November 11, 2008

Pilu

Beberapa hari lagi
Dan aku merambat naik
Juga menggelung turun

Seperti hari yang lalu
Selalu pilu bertalu
Membuat ngilu benak benalu

Ditambah hari ini
Ada namamu, cerah itu, dan debur yang itu
Mengapa selalu kelu dendangkan lagu?


Duren Sawit, 101108

Senin, November 03, 2008

Lalu Debu

Seperti hari sepanjang debu waktu

Percuma biarkan berlalu dan sejumput kamu

Urung mampu untuk sekedar berlagu

Sembunyi dibelenggu dan bisu

Tertelan dalam rongga kelu

Cukup gema merayu rayu,

'Kupanggil apa dirimu?'

Duren Sawit, 031108

Rabu, Oktober 29, 2008

Hatiku Api

Ingin kusampaikan padamu hutan,

Aku membakar



Duren Sawit, 291008

Minggu, Oktober 19, 2008

Pelanting

Kau jatuhkan kemana puntungmu?

Kata peramal itu berkhasiat, jangan sembarang

Bisa tolak air bah

Bisa tolak orang tak mendekat


Kau perhatikan lampu merahmu?

Kata peramal itu wasiat, jangan pedulikan

Bisa tancap semua kendara

Bisa tancap mati sekalian


Kau nyalakan kotak televisimu?

Lidah peramal bersilat, jangan matikan

Bisa masturbasi kriminal

Bisa pasi kesetanan


Kau rekat kemana akal kotaku?

Lidah terjaring pukat, jangan jangan

Bisa reg ramal reg primbon

Bisa menghitam iman semolek karbon


Duren Sawit, 19102008

Seperti Kucing di Jendela Yang Melompat Dan Tersentak Gitar Tua

Brak!

Retaklah alunan gitar yang mulai menua

Dihantam jendela tempat melompat

Semua nada umpat untuk kaburkan semua

Bayang semu nyata dan semua hina

Seperti kucing di jendela yang melompat dan tersentak gitar tua


Duren Sawit, 19102008

Kamis, Oktober 16, 2008

Kerikil

Secuil hampa terjumput di antara hela
Nafas lemah di panas kota tua
Coba pejamkan dan jatuh terlena
Datangkan batu besar ratakan kepala dan tanah
Agar bisa lelap benar

Tapi di kerikil kutemukan kamu tertawa
Jangan sampai terinjak
Terlalu manis untuk dilupa
Datangkan elang besar untuk tegur sapa
Terbang kembalikan kerikil penuh tawa
Menyatu tanahmu
Membatu hangatmu


Duren Sawit, 161008

Senin, Juni 23, 2008

Kendara di Kemang

sesal sedang senang menarik-narik di belakang
padahal tadi sudah relakan berangkat berhenti tepat di depan
macet teman gumpalan roti dan obat sakit perut
sesal ku hanya longok di depan

depan belakang maju mundur tak keruan
demi bersua biduan di hadapan
entah dada atau kepala tertawan
cuma bisa menyapa dari halaman

bukan puisi ini hanya catatan
gundahnya patut dikasihan
galaunya patut tertawa
terbatuk di ujung gaun biduan

; Begitulah kalau si malu dan rancu kendara di malamnya Kemang


Duren Sawit, 230608

Rabu, Juni 18, 2008

18 Juni 2008

catatan kecil 0:29 selasa malam

sendiri di tengah keramaian, atau..
sendiri di tengah kesendirian?
terlanjur memaku gerikmu di setiap lajur tembok kepalaku
bahkan rontok pun melanda cat-catnya
bukan karena paku yang dipaksa menancap
tapi lebih kepada lapuknya waktu
urung bersua, sudah terlalu lama
ingin selalu jumpa, lebihkan kadarnya
bukan cat kepada paku atau sebaliknya
tapi aku kepada kamu atau sebaliknya
ingin selalu jumpa, lebih dari alakadarnya

Jumat, Mei 30, 2008

Temani, Lautku

Temani aku, lautku
Berpuisikan ombak yang memecah 
kebisuan
Bermandikan surya yang melabrak
kesunyian
Tentang aku dan hariku
Dan sebutir tafakur di percikMu


Pantai Festival, 080508

Kama Kawula

Gelombang kama meniduriku
Pasang petang menangguk bulan
Madu dan hara saksi kawula
Dilanda beribu hunjam tertahan

Tumpahkan aku, tumpahkan aku!
Dan jerit
Dan jerit
Morat marit

Gemintang kama menelangkup ku
Di setiap tetes sesengguk hujan
Malu dan bara saksi kawula
Dilanda beribu nikmat terbilang


Duren Sawit, 290508

Kamis, Mei 08, 2008

Ada Candu Dalam Situs Pertemanan

Cuma butuh payung bekal bercocok tanam
Supaya tumbuh besar untuk bersandar
Supaya teduh dari terik hujan dan badai
Supaya kita bisa saling bertandang bersila saling cerita



Duren Sawit (since 2004)

http://profiles.friendster.com/imen

Menjadi Tua

Menjadi tua adalah nikmat
Seperti seruputan kopi di menit terakhir
Semakin kental terasa kekal
Semakin binal hadapi pekat



Duren Sawit, 080508

Rabu, Mei 07, 2008

Pungguk

Lidahmu adalah jarum
Tapi aku relawan bersedia mengulum
Rasa madu rasa harum
Lidahku begawan ranum

Mulutku adalah biksu
Dan kamu relawan bersedia membisu
Nada biru sayup nafsu
Mulutmu telanjangiku

Mataku adalah rabuk
Tapi kita relawan bersedia merasuk
Memupuk menusuk dua pelupuk
Matamu menjadikanku pemabuk

Kelaminmu adalah serbuk
Dan aku relawan bersedia menangguk
Rasa madu rasa ranum
Kelaminmu menjadikanku si pungguk


Duren Sawit, 070508

Selasa, Mei 06, 2008

Menyendiri Dalam Berbait Puisi

Mau apa lagi kamu?

Memaksaku menekan nekan huruf untuk kemudian kau tumpahkan
Pada lapang hijau yang tak dikerumuni pemain bayaran
Pada layar tancap yang tak disesaki penonton dadakan
Memerasku mengundang huruf huruf untuk sekalian kucurahkan
Pada puisi yang tak punya hidup sejak kau berdansa dikerumuni kesendirian

Mau apa lagi aku?

Menatapmu mencari cari celah untuk kemudian kuguratkan
Pada ladang kerontang yang tak dikunjungi sebenih hujan
Pada gambar tak beraturan yang tak diminati pecandu keindahan
Meretasmu dalam angan angan untuk sekalian kugadaikan
Pada puisi yang tak mampu hidup sejak ku terhisap diseruput kesendirian


Duren Sawit, 060508

Bicaralah

Pekat!

Terjerembab aku pada keranda bisumu
Sebabkan berdarah hati merah dan goyah
Karena sumringah gincu gerah tak kunjung berserah
Menggelepar untuk tanya yang kau pun tak kunjung gairah

... lalu hening ...

Terhisap aku pada angin lalumu
Halalkan diam sebagai cadar bisumu
Karena polah dua senyawa yang tak mampu tertawa
Niti jejak berkelok arah, memisah langkah

Merapatlah sayang bila begitu, bila tak mampu
Rekatkan aku pada telingamu, enyah tuliku
Biar sama mendengar yang kita mau
Ucap yang kita mampu,
Untuk merusak bisumu.



Duren Sawit, 060508

Momentum

Dan aku sangat ingin memutuskan;

Berjatuhan di ujung kerling malam yang kau pangku teduh teduh di elok surgamu



Duren Sawit, 060508

Di Pojok Sana

Sekali ini mungkin aku tampak besar
Mengajarimu gerak, tawa, dan masa
Berkariblah sekenanya
Harga seorang lelaki muda pemuja cinta

Kali lain mungkin kau yang menjadi besar
Mengajariku senyum, peluk, dan cium
Benderanglah segalanya
Hanya seorang lelaki muda mengekor mata
Milikmu di pojok sana



Duren Sawit, 060508

Senin, April 28, 2008

Baju Tidur Sang Kapal

Karibku sang kapal
Tangguh menghadang karam
Ke lautan yang bukan miliknya
Ke lautan yang buahkan harta rampasan

Kapal malang terhempas
Ke lautan yang bukan dunianya
Menelisik jangkar yang tadi lepas
Di lautan yang kalang cekik lehernya

Karibku sang kapal
Sanggup buyar ombak dengan apinya
Di tungku yang mendingin malam
Di pangkuan berkisah pucat rembulan

Kapal malang tergilas
Ke daratan yang menjadi rahimnya
Menjala ikan dalam lubang galian
Di dunia yang jalang gerogoti segala tiang

Karibku sang kapal
Gapai ombak terdekat dalam badai
Gauli laut yang menderas dada, mencari pegangan
Di rerumpun karang baju tidur malamnya


Duren Sawit, 280408

Menghentak Belum Berlahar

Maaf aku ambil gambarmu
Tentang senyum yang terkembang
Dan segala sedih yang terpampang
Tanpa seijin malaikat malaikatmu

Maaf aku curi pandangmu
Tentang kepolosan yang berpendar
Dan kelabu yang menghadang
Tanpa meterai perjanjian paduka padukamu

Maaf aku terpaksa menyudut di sini
Tentang kamera yang menatap kosong
Dan merbabu yang menggempa
Menghentak belum berani berlahar di pelupukmu

Duren Sawit, 280408

Sapa Ku Lagi

Kau sapa ku lagi
Dalam bilur maya kembang tidur tak terpatri
Tak hanya itu
Kau baluri aku dalam semayam penuh duri

Kau haru kan ku lagi
Di luar segala tentang hidup yang makin berarti
Tak mampu begitu
Kau basuh aku dalam temaram mata terpejam tak peduli


Duren Sawit, 280408

Senin, April 14, 2008

Awas, Lidahmu Bercacing

Hati hati dengan jilatanmu
Kemarin tersedak angka itu pejabat yang sembunyi di amplop bawah meja

Hati hati dengan jilatanmu
Kemarin tersilet meterai itu si penghutang tak bisa berkelit tak urung bekernyit

Hati hati dengan jilatanmu
Kemarin terantuk paku itu si pengumbar nyawa di licin aspal keras selap selip di kepadatan

Hati hati dengan jilatanmu
Kemarin tergugurkan itu si penoda cinta dalam bunting nurani simpanan perawan alit

Dan kabar burung terbaru para penjaja senyum adalah
ada cacing cacing yang nanti menghuni mulutmu beranak pinak
bila tak kau jemur panas matahari dengan ramah sapamu

Hati hati dengan jilatanmu
Nanti tak mampu bicara seperti cacing hanya menggeliat tak bermakna seperti kemarin


Duren Sawit, 140408

Sabtu, April 12, 2008

Gula Gula Berhektar Roman

Minta seteguk saja
Dari berhektar anggur romanmu

Tapi apa ini?
Sepat dan bergumpal, juga curiga

Habis sudah panen raya
Ucap khidmatmu dari ujung sana

Seteguk saja tak mesti sehektar
Cuma ada gula gula di tangan terkulum lembut lembut

Tapi apa ini?
Manismu kepayang lebih dari sehektar



Duren Sawit, 120408

Dua Ribu Kembang Dalam Mimpi Yang Tertidur

Kusarikan sejumput kembang dalam mimpi yang tertidur:

Bukan mimpi dalam tidur kembang
Atau kembang dalam mimpi yang tertidur
Tapi itu tadi, cuma mimpi yang terkembang dalam tidur

tertidur dalam kembang mimpi.

Dua ribu delapan dan kamu mempelaiku
Reguk senyum sapa mertua sanak saudara
Lalu terbangun linglung dan sendu

tertidur dalam kembang mimpi.

Dua ribu tujuh dan kamu bidadariku
Harum aroma harap dan lelap sidekap
Lalu terseok mabuk dan takluk

tertidur dalam kembang mimpi.

Dua ribu empat dan kamu merpatiku
Terbang lepas rindu menderas
Lalu beranjak sesak digasak

tertidur dalam kembang mimpi.

Dua ribu dua dan kamu pengantinku
Tandaskan semua madu terseruput nikmat
Lalu tinggalkan pahit untuk manismu

tertidur dalam kembang mimpi.

Dua ribu satu, nol dan semua yang risau
Bersisa dalam ratusan lagu dan sajak dalam kardus sepatu
Hanya untuk dinyanyikan di saat sepi dan bisu

tertidur dalam kembang mimpi.

Lupakan peluh hindari raksasa pinggir jurang itu
Atau tumpukan bangkai di sepanjang jalan ramai pintu
Bahkan gemuruh letus api dari gunung besar di timur mataku

tertidur dalam kembang mimpi.

Bukan mimpi dalam tidur kembang
Atau kembang dalam mimpi yang tertidur
Tapi itu tadi, cuma mimpi yang terkembang dalam tidur



(untuk kamu, dia, dan mereka yang berpendaran, mengudara dan memenuhi udara yang hampa di sini)
Duren Sawit, 120408

Jumat, April 04, 2008

Yang Sejenak Mampir Semalam

sibuk ku hapus belukar
mabuk ku digerus rebus
masak masak di benak
hanya jumpa di tembikar
ditatah mimpi tak kunjung padam

pesan singkat sejenak
mabuk ku kurus gemetar
tanak tanak di rusak
hanya jumpa di layar
diperah mimpi berkabut hitam

dimana kamu berakar?



Duren Sawit, 040408

Kamis, Maret 27, 2008

Berkehendak. Bergerak.

Untuk Janang; seniman komik yang dipanggil Tuhan hari kemarin.


Bermenit-menit menunggu apa yang hendak tersurat di sini
Menyambung sedikit menit yang pernah tercipta waktu berkumpul dulu

Berjuang. Beritikad. Berkehendak.
Berjuang. Bergerak. Bergerak! (Itu gerakmu)

Dan sedikit guyonan yang melengkung senyum di ramah sapamu
Menabung sedikit pengalaman berkawan, bersahaja waktu berkumpul dulu

Berkehendak. Itu kepunyaan Sang Maha.
Berjuang. Bergerak. Bergerak! (Itu gerak kita)


Selamat jalan kawan ...

Duren Sawit 280308

Si Penulis Otot

Tangannya melotot
Bukan matanya, bukan matanya
Bilur keringat menjadi saksi tertawa
Tangannya masih melotot, masih melotot

Ototnya melingkar-lingkar
Pikiran terbebat deras bijak yang mampat
Bilur keringat tertawa di dahi umpat
Matanya berotot, matanya berotot

Tangannya melotot
Bukan matanya, bukan matanya
Bilur bilur menggores kertas
Akhirnya tertumpah, bijak berjuta kekang tertahan


Duren Sawit, 270308

Jala.

Aku pergi saja, ya?

Ke oase oase di hamparan sana
Pun mampu melukis
Dan bermandi sepuas onta
Bukan ikan. Apalagi serigala.

Ke prostitusi prostitusi di bilik maya
Pun mampu birahi
Dan mendebur hantam dermaga
Buana tergetar

Durhakakah aku?
Di pendar pendar Rabbana
Berlarian ketakutan, celaka!
Berhamburan jelalatan, gila kau!

Aku pergi saja, ya?
Agar kumampu bermandi dengan siripku sendiri
Sayang aku bukan onta. Bukan ikan. Apalagi serigala.
Cuma orang gila, tersangkut di jala-jala


Duren Sawit, 270308

Malam Itu, Aku Mencoba Melawan

Gempur! Gempur!

Aku tahu aku rasa apa

Lebur! Lebur!

Tapi terikatku pada rajam

takut azab takut azab takut azab

Tapi terpaku aku pada diam

Diam..

Redam hitam menjelaga sekujur pahala

Hapus.

Sebetulnya,
seakrab apa aku denganmu?


Pinsil buatan China dengan penghapus di kepala?
Aku menulis kau melipur atau sebaliknya?
Setubuh sebadan setiap hela kau di atas aku di bawah?

Ah, tidak begitu

Lalu kapan kita mampu mengagung buah mahakarya?
Kalau bulir garisku kau bual sekenanya?



Duren Sawit, 270308

Rabu, Maret 26, 2008

Untuk Segala Kenang; Terimakasih.

Bulan terang
Kan kukirim ribuan sekoci
Seperti Troy dilabuh Yunani
Sauh tanpa api

Lupakan pedang
Kan kulayar seribu janji
Seperti Romi pada Juli
Rengkuh asma hati

Matahari siang
Kan kulepas ribuan kenang
Seperti veteran pada perang
Berpeluh darah membumi

Lupakan petang
Kan kusemat seribu dalih
Seperti pelangi berbentang rapi
Luruh bisik penuh kasih



Duren Sawit, 260308

Selasa, Maret 25, 2008

Aku Menikah, Itu Katamu

Aku menikah, itu katamu

Sudah kuduga itu jawabnya
Karena lengan panjangmu makin kusut hari ini
Dan gajah kecilmu makin tersudut di bawah lemari
Lalu deringmu senyap di kegelapan

Sudah kuduga itu jawabnya
Karena gambar wajahmu makin kusam pagi ini
Dan catatan kecilku tak lagi di sini
Lalu petikan lagu lepas dari dekapan

Sudah kuduga itu jawabnya
Karena mimpi panjangku slalu kuperangi
Dan patah benakku makin terbebani
Lalu berlalu ku tak pernah tahu arti

Aku menikah denganmu,
itu katamu
dulu mimpiku



Duren Sawit, 250308

Sabtu, Maret 22, 2008

Imigran, Andai Kutanya Siapa Anda ...

Belai kuncir yang di sana
Bercakap dendang bersapa
Rupawan pun tak hanya
Kemana-mana
Dimana-mana
Sekali jadi tak percuma
Bila ...



Duren Sawit, 2008

Maret

Bagaimana?

Tarian hujan
Plesiran angin
Arakan awan
Biru menawan

Jadi apa?

Hentakan angan
Sentilan batin
Katakan akan
Biru kutawan


Duren Sawit, 2008

Jumat, Maret 21, 2008

A Conversation Guaranteed (excerpt from Y! Messenger: A Tool to Connect People Today)

idle.
My status. No. incoming calls

More friends: Available
$0.00 - Phone Out

Not running. Learn More.
IM with your windows. Live

Rewrite the future
> Find Out How


Duren Sawit, 2008

Jangan Banyak Alasan, Lakukan Sajalah!*

Berlafal
Bergumpal
Begundal

Aku sundal


*Sebut saja begitu untuk kekalutan ayah anak yang kadang tak berakal



Duren Sawit, 2008

Imigran, Andai Kutahu Siapa Anda ...

Fana diriku di sana
Bermandikan terang
Rupawanmu kelana
Kemana-mana
Dimana-mana
Seka rasaku tak percuma
Dan ...




Duren Sawit, 2008

Belang Terbilang

Berderak gemeretak tak bergerak
dan kau mendua

Merapuh menelan dahak
bersimpuh merengkuh retak

Hanya pana
diam
fana
padam

Terserak terantuk tak bergerak
dan kau menggila

Melepuh menahan talak
terenyuh seperti tergelak

Hanya belang
terbilang
gemilang
hilang




Duren Sawit, 2008 (Untuk seorang rekan yang urung tanggungjawab untuk segala ucapnya)

Untuk Sebuah Kemarahan Yang Mencibir

Maafkan ya, maafkan
Belum bisa kau hirup udara tenang
Dan mungkin terpanggang atau bahkan
tunggang langgang, terngiang ngiang

Sebutkan ya, sebutkan
Manjamu kau siram saja
Dan mungkin menguap atau mengawan
cibiranmu tak sayang,
kesabaran tak hanya menang




Duren Sawit, 2008

Yang Usai Dalam Kotak Perisai

Lara yang aneh
Segencar debit air kala pasang
Tak bernyanyi pun ku sumbang
Sumbang pun manis menghangat

Empat larik coba bernafas
Cerita sepi berlabuh di sini
Tak bernyali pun ku terbuang
Terbuang pun tak habis mewangi

Kotak yang aneh
Berdetak-detak masa untuk yang lampau




*

harus dikemanakan semua kenangan dalam kotak kecil yang kadang terbuka tak sengaja itu harus pergi?

haruskah?