Jumat, Mei 30, 2008

Temani, Lautku

Temani aku, lautku
Berpuisikan ombak yang memecah 
kebisuan
Bermandikan surya yang melabrak
kesunyian
Tentang aku dan hariku
Dan sebutir tafakur di percikMu


Pantai Festival, 080508

Kama Kawula

Gelombang kama meniduriku
Pasang petang menangguk bulan
Madu dan hara saksi kawula
Dilanda beribu hunjam tertahan

Tumpahkan aku, tumpahkan aku!
Dan jerit
Dan jerit
Morat marit

Gemintang kama menelangkup ku
Di setiap tetes sesengguk hujan
Malu dan bara saksi kawula
Dilanda beribu nikmat terbilang


Duren Sawit, 290508

Kamis, Mei 08, 2008

Ada Candu Dalam Situs Pertemanan

Cuma butuh payung bekal bercocok tanam
Supaya tumbuh besar untuk bersandar
Supaya teduh dari terik hujan dan badai
Supaya kita bisa saling bertandang bersila saling cerita



Duren Sawit (since 2004)

http://profiles.friendster.com/imen

Menjadi Tua

Menjadi tua adalah nikmat
Seperti seruputan kopi di menit terakhir
Semakin kental terasa kekal
Semakin binal hadapi pekat



Duren Sawit, 080508

Rabu, Mei 07, 2008

Pungguk

Lidahmu adalah jarum
Tapi aku relawan bersedia mengulum
Rasa madu rasa harum
Lidahku begawan ranum

Mulutku adalah biksu
Dan kamu relawan bersedia membisu
Nada biru sayup nafsu
Mulutmu telanjangiku

Mataku adalah rabuk
Tapi kita relawan bersedia merasuk
Memupuk menusuk dua pelupuk
Matamu menjadikanku pemabuk

Kelaminmu adalah serbuk
Dan aku relawan bersedia menangguk
Rasa madu rasa ranum
Kelaminmu menjadikanku si pungguk


Duren Sawit, 070508

Selasa, Mei 06, 2008

Menyendiri Dalam Berbait Puisi

Mau apa lagi kamu?

Memaksaku menekan nekan huruf untuk kemudian kau tumpahkan
Pada lapang hijau yang tak dikerumuni pemain bayaran
Pada layar tancap yang tak disesaki penonton dadakan
Memerasku mengundang huruf huruf untuk sekalian kucurahkan
Pada puisi yang tak punya hidup sejak kau berdansa dikerumuni kesendirian

Mau apa lagi aku?

Menatapmu mencari cari celah untuk kemudian kuguratkan
Pada ladang kerontang yang tak dikunjungi sebenih hujan
Pada gambar tak beraturan yang tak diminati pecandu keindahan
Meretasmu dalam angan angan untuk sekalian kugadaikan
Pada puisi yang tak mampu hidup sejak ku terhisap diseruput kesendirian


Duren Sawit, 060508

Bicaralah

Pekat!

Terjerembab aku pada keranda bisumu
Sebabkan berdarah hati merah dan goyah
Karena sumringah gincu gerah tak kunjung berserah
Menggelepar untuk tanya yang kau pun tak kunjung gairah

... lalu hening ...

Terhisap aku pada angin lalumu
Halalkan diam sebagai cadar bisumu
Karena polah dua senyawa yang tak mampu tertawa
Niti jejak berkelok arah, memisah langkah

Merapatlah sayang bila begitu, bila tak mampu
Rekatkan aku pada telingamu, enyah tuliku
Biar sama mendengar yang kita mau
Ucap yang kita mampu,
Untuk merusak bisumu.



Duren Sawit, 060508

Momentum

Dan aku sangat ingin memutuskan;

Berjatuhan di ujung kerling malam yang kau pangku teduh teduh di elok surgamu



Duren Sawit, 060508

Di Pojok Sana

Sekali ini mungkin aku tampak besar
Mengajarimu gerak, tawa, dan masa
Berkariblah sekenanya
Harga seorang lelaki muda pemuja cinta

Kali lain mungkin kau yang menjadi besar
Mengajariku senyum, peluk, dan cium
Benderanglah segalanya
Hanya seorang lelaki muda mengekor mata
Milikmu di pojok sana



Duren Sawit, 060508