Selasa, Januari 18, 2011

Jenuh Memalamkan Siang - Catatan September

seperti bermimpi semalam. terekam hingga siang.

poster besar nan indah. muslihat film layar lebar.
kumasuk untuk duduk dan menonton. ada seseorang yg kukenal di depan. menonton sendiri. tampak kedinginan.
dan aku kecewa dengan isi filmnya. tidak seperti poster besar yang menggoda.
lebih kecewa karena aku harus keluar dari pintu samping yang gelap dan kotor. sendiri.
menyisir debu jalan dan sunyi kota malam.
cuma teringat wajah pucat seseorang yang seperti meredam sesuatu. di depan sana.

hingga terbangun pun aku sesak.
perih itu keharusan. seperti memaksakan diri tapi itu perlu. sepertinya.
semua karena segumpal kalimat mendiamkan bibir yang telanjur membuka ingin tegur sapa.
sesederhana itu.
tapi terlalu kompleks untuk dicerna.
sekompleks jalan berdebu ini.
tapi aku membiasa. dan itu bahaya. karena kepala tak mau bermuram durja.
menyakiti diri saja. itu tak apa. daripada.

seperti terbangun barusan. jenuh memalamkan siang.

tapi aku kembali terpejam. melarutkan diam seakan malam.
kembali masuk dalam gelap dan aksi di layar.
kusambangi yang sedang terdiam merekat. lebih baik kuulang saja.
kubisikkan pelan cita-cita menjadi pembuat film besar tahun mendatang.
tidak hanya menjadi penonton masa yang berulang. kenapa tidak masuk saja ke dalamnya. aku bilang.
kita warnai saja gambarnya. kau biru aku merah. jadikan warna ungu sebagai padunya.
seperti judul film yang pernah bercerita itu. kan indah pada waktunya.
tapi di dalam hanya ada gulita. tak tahu senyummu mengembang atau mengambang.
kutahu hanya sodoran tanganku masih bergantung di hadapan.
menunggumu untuk lekas berdiri menyambut. keluar dari gelapnya film dengan poster besar memuakkan.

seperti berjalan kembali. menghidupkan dan menyambung mimpi seenak hati.


Durensawit, 140909